Sumber : Pasar Dana (4/8/2021)
Pasardana.id - Pemerintah melalui
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) berupaya untuk meningkatkan daya saing
industri keramik dan refraktori melalui penyediaan sumber daya manusia (SDM)
yang kompeten.
Salah
satunya, yakni dengan meluncurkan Program Setara Diploma I (D1) Keramik dan
Refraktori, yang akan dilaksanakan di Politeknik STMI Jakarta.
"Melalui
program ini, kami berharap bisa memasok kebutuhan industri keramik dan
refraktori terhadap SDM yang terampil. Tentunya sesuai dengan perkembangan
teknologi saat ini," ucap Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Industri
(BPSDMI) Kemenperin, Arus Gunawan dalam siaran pers, Selasa, 3 Agustus 2021.
Ditambahkan,
kedua program tersebut diselenggarakan selama satu tahun oleh Politeknik STMI
Jakarta yang berkolaborasi dengan Balai Besar Keramik (BBK).
"Masing-masing
program hanya membuka satu kelas untuk 30 mahasiswa pada setiap kelasnya, dan
akan dikembangkan menjadi dua kelas untuk masing-masing program pada
2022," imbuhnya.
Tidak
hanya itu, Politeknik STMI Jakarta juga melibatkan banyak perusahaan industri
dalam penyelenggaraan kedua Program Setara D1 ini sehingga mahasiswa yang lulus
nantinya dapat langsung diserap bekerja di perusahaan-perusahaan industri
tersebut.
"Beberapa
perusahaan yang terlibat dalam kerja sama kedua program ini, antara lain PT
Refratech Mandala Perkasa, PT Benteng Api Technik, PT Refractorindo Graha
Dinamika, serta 21 perusahaan keramik yang terhimpun dalam ASAKI (Asosiasi
Aneka Industri Keramik Indonesia)," bebernya.
Dalam
kesempatan yang sama, Kepala Pusat Pengembangan Pendidikan Vokasi Industri,
Iken Retnowulan menjelaskan, bahwa tujuan kegiatan penyelenggaraan pendidikan
Setara D1 Kerja sama Industri ini adalah untuk membekali calon tenaga kerja
dengan keahlian terapan atau keterampilan teknis.
"Lulusan
program pendidikan Setara D1 ini nantinya langsung ditempatkan bekerja dalam
rangka meningkatkan daya saing industri," harap Iken.
Sementara
itu, Dirjen IKFT, Muhammad Khayam mengungkapkan, industri refraktori dinilai
sebagai salah satu sektor strategis karena produksinya untuk menopang kebutuhan
berbagai manufaktur lainnya.
Hasil
dari industri refraktori ini umumnya digunakan sebagai pelapis untuk tungku,
kiln, insinerator, dan reaktor tahan api pada industri semen, keramik, kaca dan
pengecoran logam.
Khayam
optimistis apabila industri refraktori ini tumbuh berkembang dan memiliki
performa gemilang, akan mendukung kinerja sektor industri pengolahan nonmigas,
khususnya kelompok industri bahan galian nonlogam.
"Pada
kuartal I-2021, kontribusi industri bahan galian nonlogam terhadap industri
pengolahan sebesar 2,57 persen dan perkembangan nilai investasi industri bahan
galian nonlogam mencapai Rp5,46 triliun," tutur Khayam.
Lebih
lanjut ia mengemukakan, industri keramik Indonesia saat ini menduduki peringkat
kedelapan dunia dengan kapasitas produksi terpasang sebesar 538 juta meter
persegi per tahun dan telah menyerap tenaga kerja sebanyak 150 ribu orang.
Meningkatnya
pembangunan di sektor infrastruktur dan properti, seperti real estate,
perumahan, apartemen, dan bangunan lainnya, membuat permintaan pasar dalam
negeri semakin bertambah.
"Dalam
jangka panjang, industri keramik nasional akan sangat prospektif, mengingat
konsumsi keramik nasional per kapita masih sekitar 1,4 meter persegi yang perlu
dioptimalkan lagi karena konsumsi ideal dunia telah mencapai lebih dari tiga
meter persegi," pungkas Khayam.