Sumber : KOMPAS.com
JAKARTA, KOMPAS.com - Balai Besar Keramik memperingati hari jadinya
yang ke-100. Industri keramik nasional mencakup peralatan makan (tableware),
lantai keramik, hingga sanitary, seperti kloset, wastafel, dan bathtub.
Kementerian Perindustrian berkomitmen untuk terus mendukung pembangunan
struktur industri nasional yang mandiri dan berdaulat, maju dan berdaya saing
di tingkat global, berkeadilan dan inklusif, industri berbasis inovasi dan
teknologi. Upaya memajukan industri keramik nasional terus dilakukan oleh
pemerintah dengan mengupayakan strategi khusus diantaranya pemberlakuan SNI
wajib bagi produk-produk keramik, kaca dan bahan galian nonlogam lainnya.
”Strategi dalam pemulihan industri keramik nasional perlu diimbangi
dengan peningkatan keterampilan dan keahlian tenaga kerja melalui adopsi
teknologi mutakhir dengan memanfaatkan penerapan teknologi industri 4.0 yang
dapat menciptakan produk ber-SNI, berkualitas kelas dunia, proses produksi yang
efektif, efisien, ramah lingkungan, serta diiringi dengan peningkatan
Penggunaan Produk Dalam Negeri khususnya dalam Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah," kata Menteri Perindustrian RI Agus Gumiwang Kartasasmita
dalam keterangan resmi, Jumat (21/10/2022). Tahun ini menjadi momentum
kebangkitan sektor Industri pengolahan nonmigas, termasuk industri keramik. Hal
ini tercermin dari kinerja positif industri keramik sebagai subsektor dari
industri bahan galian nonlogam, yang tumbuh 1,35 persen dengan kontribusi 0,47
pesen secara tahunan pada kuartal I 2022. Capaian ini menempatkan industri
bahan galian nonlogam sebagai peringkat kedua dalam kontribusi perkembangan
investasi di sektor industri kimia, farmasi dan tekstil (IKFT) sebesar 2,69
persen.
Insentif Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT) bagi industri sebesar USD 6 per
MMBTU melalui Keputusan Menteri ESDM Nomor 89K/10/MEM Tahun 2020, yang
selanjutnya diperbarui dengan Keputusan Menteri ESDM Nomor 134.K/HK.02/MEM.M
Tahun 2021 terbukti meningkatkan efisiensi biaya operasional, sehingga capaian
utilitas kinerja industri ubin keramik tahun 2021 mencapai 72 persen, tertinggi
dalam lima tahun terakhir.
Strategi pemulihan yang tepat tentunya berdampak pada perbaikan
berkesinambungan sehingga kinerja ekspor industri keramik nasional pada kuartal
I tahun 2022, menurut data BPS, mampu tumbuh positif sebesar 12 persen dengan
total volume 3,9 juta meter persegi yang didukung oleh peningkatan penjualan ke
Filipina, Malaysia, dan Thailand.
Pencapaian positif kinerja ekspor juga diikuti dengan penurunan volume
impor sebesar 21 persen secara tahunan (year on year) dari 18,5 juta meter
persegi menjadi 14,4 juta meter persegi, yang berdampak pada kenaikan utilitas
pada kuartal I 2022 berada di level 83 persen. Prestasi kinerja industri
keramik nasional ini tentunya didukung dengan keberadaan Balai Besar
Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Keramik dan Mineral Nonlogam yang
menyelenggarakan layanan jasa seperti pengujian, sertifikasi, standardisasi,
bimbingan teknis dan jasa teknis lainnya, yang dapat memastikan kualitas produk
keramik secara akurat dan terpercaya.
Doddy Rahadi Kepala Badan Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri
(BSKJI) Kemenperin menyampaikan bahwa pihaknya akan terus berfokus pada upaya
menunjang daya saing industri melalui infrastruktur standardisasi industri
serta pemanfaatan sumber daya industri melalui pemanfaatan teknologi industri.
"Dengan meluncurkan serangkaian kebijakan yang meliputi optimalisasi
pemanfaatan teknologi Industri berorientasi substitusi impor, penumbuhan
circular economy dan peningkatan daya saing melalui penguatan standardisasi
industri dan implementasi industri 4.0," tutur dia. Industri keramik
nasional terus berkembang selama lebih dari 30 tahun dan merupakan salah satu
industri yang didukung oleh ketersediaan bahan baku yang melimpah.
Prospek industri keramik nasional dalam jangka panjang cukup baik
seiring dengan pertumbuhan pasar dalam negeri yang terus meningkat karena
didukung oleh pertumbuhan pembangunan seperti properti dan perumahan. Industri
keramik yang terdiri dari ubin, saniter, tableware, kaca, refraktori serta
produk mineral nonlogam lainnya telah memberikan kontribusi yang cukup
signifikan dalam mendukung pembangunan nasioanal melalui penyediaan kebutuhan
domestik, perolehan devisa dan penyerapan tenaga kerja.