Penulis:
Tim Humas BBSPJIKMN
Oktober 2024
Yogyakarta, 8 Oktober 2024 –
Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Keramik dan Mineral
Nonlogam (BBSPJIKMN) sukses menggelar kegiatan Sarasehan Pendampingan Teknis
Industri dengan tema “Business Matching Pendampingan Industri Kecil
Menengah (IKM) dan Sentra Keramik & Mineral Nonlogam” di Yogyakarta. Acara ini bertujuan untuk silaturahmi dan mempertemukan
seluruh stakeholder dari birokrasi, lembaga pendidikan dan industri
kecil menengah keramik, bahan bangunan, dan mineral non logam di wilayah
Yogyakarta dan Jawa Tengah.
Acara
dimulai dengan sambutan dan pembukaan oleh Kepala BBSPJIKMN, Azhar Fitri, yang
menyoroti pentingnya evaluasi dan feedback terkait layanan BBSPJIKMN
sepanjang tahun 2023. Beliau juga menggarisbawahi potensi besar sektor keramik,
termasuk peningkatan produksi nasional yang mencapai 400 juta m² pada tahun
2023. Azhar juga menyampaikan bahwa BBSPJIKMN berkomitmen mendukung IKM melalui
inovasi teknologi, pelatihan, serta sertifikasi produk untuk meningkatkan daya
saing di pasar domestik dan internasional. Sarasehan ini juga dihadiri oleh
Kepala BBSPJI Kulit, Karet dan
Plastik, Hagung Eko Pawoko dan Kepala BBSPJI Kerajinan dan Batik, Budi
Setiawan.
Sesi
diskusi yang pertama diisi oleh 3 (tiga) narasumber dari internal BBSPJIKMN,
yaitu Kiki Aditama, dan narasumber selanjutnya adalah Syam Arjayanti, selaku Kepala Dinas Perindustrian dan
Perdagangan (Disperindag) Provinsi Yogyakarta serta Esti Wulandari, selaku
Kepala Industri Non Argo di Dinas Perindustrian Perdagangan (Disperindag) Provinsi
Jawa Tengah.
Kepala
Disperindag Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Syam Arjayanti memaparkan data
dari Disperindag Provinsi Yogyakarta, bahwa sektor industri pengolahan DIY
mengalami peningkatan dari IDR 12,6 triliun pada tahun 2020 menjadi IDR 13,4
triliun pada tahun 2023. Begitu pula dengan sektor perdagangan yang tumbuh dari
IDR 8,2 triliun menjadi IDR 9,1 triliun selama periode yang sama. Jumlah unit
usaha IKM juga meningkat dari 97.013 unit pada tahun 2019 menjadi 102.787 unit
pada tahun 2023.
Dalam
sektor ekspor, komoditas unggulan DIY seperti pakaian jadi, produk kayu, dan
barang dari kulit juga mengalami peningkatan, mendukung pertumbuhan ekonomi
wilayah ini. Strategi pengembangan IKM DIY melibatkan pelatihan manajemen
pemasaran, peningkatan teknologi produksi, serta fasilitasi pameran baik di
dalam maupun luar negeri untuk memperluas akses pasar.
Selanjutnya
paparan dari Esti Wulandari, selaku
Kepala Industri Non Argo di Disperindag Provinsi Jawa Tengah juga mencakup
program kegiatan sektor industri dan perdagangan yang direncanakan untuk tahun
2024 oleh Disperindag Jawa Tengah. Khususnya di sektor perdagangan, terdapat
berbagai program seperti sertifikasi SNI pasar, pelatihan bisnis online ekspor,
serta pemantauan stok barang di distributor dan gudang. Ada pula program
seperti bazar pangan dan pasar murah, sosialisasi P3DN, dan workshop
e-commerce. Selain itu dari sisi pelayanan untuk IKM, Disperindag Jawa Tengah
menyoroti pelayanan konsultasi kemasan, pelayanan insitu kalibrasi timbangan
elektronik, serta pelayanan jasa las karbit di IPT Logam Semarang, juga pelatihan
garment di BIPTAK Semarang juga disinggung dalam dokumen ini.
Dengan
berbagai program dan inisiatif yang direncanakan untuk tahun 2024, Disperindag
Provinsi Jawa Tengah dan Disperindag Provinsi Yogyakarta menunjukkan komitmennya
untuk terus mendukung pertumbuhan industri dan perdagangan di wilayahnya
masing-masing. Melalui fasilitasi sertifikasi, pelatihan teknis, pemberian
hibah, serta peningkatan daya saing IKM, Disperindag berupaya mewujudkan
ekosistem bisnis yang berkelanjutan dan inklusif. Dengan sinergi yang kuat
antara pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat, diharapkan sektor industri dan
perdagangan Jawa Tengah dan Yogyakarta dapat berkembang lebih pesat dan
berkontribusi signifikan terhadap perekonomian daerah maupun nasional.
Foto (Kiri ke kanan): Cucu Setyawati
(Kabag TU BBSPJIKMN/Moderator), Kiki Aditama (Ketua Tim Kemitraan BBSPJIKMN), Syam Arjayanti, (Kepala Disperindag Provinsi D.I Yogyakarta)
dan Esti Wulandari, Kepala (Industri Non Argo Disperindag Provinsi Jawa Tengah).
Selanjutnya
pemaparan dari Kiki Aditama, narasumber dari BBSPJIKMN yang memberikan
informasi seputar layanan jasa teknis yang tersedia di BBSPJIKMN. Antara lain,
meliputi pengujian dan kalibrasi berbagai material keramik dan kaca, sertifikasi
untuk produk SNI Wajib, SNI Sukarela, sertifikasi sistem manajemen mutu ISO
9001:2015, sertifikasi industri hijau, bimbingan teknis dan konsultansi di
bidang peningkatan efisiensi produksi, pengembangan desain produk, dan pemanfaatan
teknologi industri.
Sesi kedua
adalah pemaparan dari Eneng Maryani, yang menyampaikan paparan mengenai
kegiatan pendampingan BBSPJIKMN dengan IKM. Dilanjutkan dengan success story
dan testimoni kolaborasi BBSPJIKMN dengan IKM. Narasumber yang dihadirkan kali
ini adalah Oktavianus Dwi Wahyu selaku perwakilan dari IKM Naruna Ceramics. Juga
di sesi terakhir ada pemaparan success story dari Yudistira dari PT AMG
Yudistira Utama, Fransisca Puspita dari IKM Kaloka Pottery, dan Warham Syafa’at
dari PT Bamas Mulia Feldsparindo.
BBSPJIKMN
menawarkan berbagai layanan khusus bagi IKM, seperti pengujian bahan baku dan
produk, kalibrasi peralatan, sertifikasi produk dan sistem manajemen, serta
pelatihan dan konsultasi teknis. Salah satu program unggulan yang disampaikan
dalam acara ini adalah Program PINOTI (Penguatan Industri melalui Optimalisasi
Teknologi) yang fokus pada penguatan jejaring, pengembangan produk, serta
penerapan teknologi terbaru dalam proses produksi.
Selain
itu, BBSPJIKMN juga menjalankan Program Dana Kemitraan Peningkatan Teknologi
Industri (DAPATI), yang bertujuan meningkatkan kemampuan teknologi IKM melalui
bantuan jasa konsultansi dan peningkatan efisiensi produksi. Dalam program
ini, IKM dapat memperoleh layanan peningkatan layout produksi,
pengembangan produk baru, serta penerapan teknologi pencegahan pencemaran dan
daur ulang.
Cerita
sukses yang disampaikan oleh para perwakilan dari IKM yang telah bekerja sama
dengan BBSPJIKMN, membuat sesi ini menjadi sangat interaktif. Para peserta
tidak hanya mendengarkan kisah inspiratif tentang bagaimana penerapan teknologi
dan standardisasi yang difasilitasi oleh BBSPJIKMN mampu meningkatkan daya
saing produk mereka, tetapi juga terlibat dalam diskusi yang mendalam.
Testimoni ini menunjukkan betapa pentingnya dukungan dari BBSPJIKMN dalam
membantu IKM menghadapi tantangan industri modern, seperti peningkatan
efisiensi produksi, pemanfaatan bahan baku lokal, hingga sertifikasi kualitas
produk. Atmosfer sesi ini penuh dengan antusiasme, menciptakan kesempatan
berharga bagi IKM lain untuk belajar dan berbagi pengalaman, sekaligus
memperkuat kolaborasi antara industri dan BBSPJIKMN.
Dalam
penutupan kegiatan tersebut, Azhar Fitri juga menekankan tantangan dan peluang
yang masih dihadapi oleh industri keramik, seperti keterbatasan teknologi
produksi, tingginya biaya energi, dan akses bahan baku yang terbatas. Namun,
beliau optimis bahwa pasar domestik yang kuat, didukung oleh kebijakan
pemerintah seperti Program Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN),
dapat mendorong pertumbuhan industri keramik dan mineral nonlogam ke arah yang
lebih baik.
Kegiatan ini diakhiri
dengan ucapan terima kasih dari Azhar Fitri kepada seluruh pihak yang terlibat,
serta harapan bahwa sinergi yang terjalin melalui sarasehan ini dapat
memberikan dampak positif bagi kemajuan industri IKM. "Dengan dukungan
teknologi dan peningkatan kompetensi, kita bisa membawa industri keramik
Indonesia menuju daya saing global yang lebih kuat," pungkasnya.