JAKARTA, Kepala Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Keramik dan Mineral Nonlogam (BBSPJIKMN) Kemenperin, Azhar Fitri mengatakan, industri kaca nasional akan terus tumbuh setiap tahunnya, seiring kenaikan permintaan dari pasar domestik dan ekspor. Untuk pemanfaatan dalam negeri diserap oleh sektor properti sebesar 65 persen, otomotif 15 persen, furnitur 12 persen, dan lainnya 8 persen. Demi memacu kinerja industri kacana nasional, kata Azhar, pemerintah lewat BBSPJIKMN Kemenperin telah berupaya melakukan optimalisasi pemanfaatan teknologi industri lewat pengembangan bahan baku untuk industri kaca yang berasal dari dalam negeri sebagai competitive advantage seperti pasir silika, dolomite, limestone, dan lainnya. "Selain itu kami mendorong tumbuhnya investasi dari industri bahan baku dan penolong, seperti soda ash, cullet, iron oxide, dan lainnya," kata Azhar dalam keterangannya, Kamis (11/8/2022). Baca juga: Nakes Bakal Lebih Dulu Terima Vaksin Dosis Keempat, Kapan untuk Masyarakat Umum? Sementara itu Kepala OPTIKJI BSKJI Kemenperin Heru Kustanto mengatakan, ada beberapa industri kaca yang mengalami penurunan permintaan untuk impor sepanjang 2019-2021, seperti kaca laminasi, kaca insulasi, dan kaca cermin yang tidak di bingkai. Sedangkan produk kaca cermin yang dibingkai terjadi kenaikan impor dari tahun 2019-2021. "Untuk itu, diharapkan industri dalam negeri agar dapat meningkatkan produksinya, sehingga substitusi impor dapat terus ditingkatkan," ujar Heru. Heru menilai peluang substitusi masih besar bagi produk kaca isolasi dilihat dari sisi teknologi yang dimiliki oleh industri dalam negeri dan juga nilai investasi yang terjangkau. Di samping itu kebutuhan kaca isolasi baik untuk produk showcase maupun bahan bangunan terus meningkat, seiring dengan tuntutan konsumen dalam hal desain bangunan, kenyamanan dan kebutuhan penghematan penggunaan listrik/energi.
Melihat fenomena itu, pemerintah dalam hal ini Kemenperin akan terus mendukung iklim industri kaca dalam pengembangan standar, penerapan SNI wajib, industri hijau maupun pertimbangkan tingkat komponen dalam negeri.
"Saat ini Kemenperin sudah memiliki program sertifikasi TKDN dengan menyiapkan auditor-auditor yang sesuai dengan kompetensi yang dipersyaratkan yang tersebar di berbagai provinsi. Dengan penerapan sertifikasi TKDN ini diharapkan dapat meningkatkan daya saing industri dalam negeri," jelas Heru. Dengan berkembangnya kebutuhan produk kaca tidak hanya dari segi estika, Kemenperin dakan mensupport dari sisi pengembangan standar SNI sampai ke layanan sertifikasi. "Untuk itu agar industri tidak segan memanfaatkan fasilitas dan jasa yang ada di Balai Besar Keramik dengan didukung oleh tenaga tenaga yang kompeten," ucap dia.
Lewat program Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN), kementerian/lembaga, BUMN, BUMD, dan swasta didorong untuk berkomitmen menggunakan produk dalam negeri dalam belanja barang dan modalnya. Dengan realisasi komitmen tersebut, perusahaan industri meningkatkan produksinya yang membuat mereka merekrut lebih banyak pekerja. Diharapkan Program P3DN ini akan terus mendorong pelaku usaha terutama yang terkait dengan konstruksi di Indonesia untuk lebih selektif dalam memilih produk dengan mengutamakan produk dalam negeri. "Itu semua bertujuan untuk menciptakan lingkungan kondusif bagi pelaku usaha di negeri ini, sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi," kata dia.
Sumber : Berita
Moneter
JAKARTA-Tahun 2022 menjadi momentum kebangkitan sektor industri pengolahan
nonmigas, termasuk di dalamnya adalah industri keramik.
Hal ini tercermin dari kinerja positif industri keramik sebagai
subsektor dari industri bahan galian nonlogam, yang tumbuh 1,35% dengan
kontribusi 0,47% (y-o-y) pada triwulan I tahun 2022.
Capaian tersebut menempatkan industri bahan galian nonlogam
sebagai peringkat kedua dalam kontribusi perkembangan investasi di sektor
industri kimia, farmasi dan tekstil (IKFT) sebesar 2,69%
“Pada semester I tahun 2022, sektor industri keramik telah
mencatatkan investasi dengan total Rp17,7 triliun. Penambahan investasi ini
diharapkan akan semakin memperkuat aliran rantai pasok industri keramik
nasional yang juga sejalan dengan program subtitusi impor guna mengoptimalkan
sumber daya produksi dalam negeri,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang
Kartasasmita dalam sambutannya secara virtual pada acara Temu Usaha Industri
dan Puncak Memperingati 100 Tahun Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa
Industri Keramik dan Mineral Nonlogam, Kamis (20/10).
Menperin mengemukakan, insentif Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT)
bagi industri sebesar USD6 per MMBTU menjadi salah satu kebijakan yang dapat
meningkatkan efisiensi pada biaya operasional di industri keramik.
“Sehingga capaian utilitas kinerja industri ubin keramik tahun
2021 mencapai 72%, atau tertinggi dalam lima tahun terakhir,” ungkapnya.
Di samping itu, adanya strategi pemulihan ekonomi nasional turut
berdampak positif pada kinerja ekspor industri keramik pada kuartal I tahun
2022.
Ekspor produk keramik nasional tumbuh sebesar 12% dengan total
volume 3,9 juta meter persegi, yang didukung oleh peningkatan penjualan ke
negara Filipina, Malaysia, dan Thailand.
Kinerja gemilang dari capaian ekspor tersebut, juga diikuti dengan
penurunan volume impor sebesar 21% (year on year) dari
18,5 juta meter persegi menjadi 14,4 juta meter persegi, yang berdampak pada
kenaikan utilitas pada kuartal I-2022 berada di level 83
“Prestasi kinerja industri keramik nasional ini tentunya didukung
dengan keberadaan Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Keramik
dan Mineral Nonlogam (BBSPJI Keramik dan Mineral Nonlogam) yang
menyelenggarakan layanan jasa seperti pengujian, sertifikasi, standardisasi,
bimbingan teknis dan jasa teknis lainnya, yang dapat memastikan kualitas produk
keramik secara akurat dan terpercaya,” papar Menperin.
Dari awal pendiriannya pada tahun 1922 pada masa Pemerintahan
Kolonial Belanda, dengan nama “Het Keramische Laboratorium”, BBSPJI Keramik dan
Mineral Nonlogamterus berupaya memberikan kontribusi terbaik bagi industri
keramik nasional.
“Dalam perjalanan pengabdiannya, balai besar ini juga melayani
jasa standardisasi hingga sertifikasi, pendampingan pengembangan usaha industri
meliputi industri kaca (baik untuk bangunan, otomotif, hingga alat kesehatan),
industri refraktori, serta mineral nonlogam lainnya,” imbuhnya.
Momentum 100 tahun ini hendaknya menjadi tonggak bagi BBSPJI
Keramik dan Mineral Nonlogam dalam memberikan pelayanan prima serta bersinergi
memajukan industri keramik dan turunannya, sehingga industri keramik nasional
dapat berjaya di negeri sendiri, berdaya saing di pasar global dan menciptakan
inovasi yang berkelanjutan.
Menunjang daya saing
Pada kesempatan yang sama, Kepala Badan Standardisasi dan
Pelayanan Jasa Industri (BSKJI) Kemenperin, Doddy Rahadi menyampaikan bahwa
pihaknya terus fokus pada upaya menunjang daya saing industri melalui
infrastruktur standardisasi industri serta pemanfaatan sumber daya industri
melalui pemanfaatan teknologi.
“Upayanya adalah dengan meluncurkan serangkaian kebijakan yang
meliputi optimalisasi pemanfaatan teknologi industri berorientasi substitusi
impor, penumbuhan circular economy,
serta peningkatan daya saing melalui penguatan standardisasi industri dan
implementasi industri 4.0,” jelasnya.
Guna mendukung peningkatan daya saing industri, BBSPJI Keramik dan
Mineral Nonlogam hadir sebagai penyedia layanan jasa sertifikasi, pengujian,
kalibrasi, pelatihan, konsultansi dan optimalisasi teknologi industri.
“BBSPJI Keramik dan Mineral Nonlogam serta balai-balai di
lingkungan Kemenperin juga hadir sebagai problem solver, serta senantiasa
melakukan pendampingan bagi pelaku industri nasional,” tandasnya.
Kepala BBSPJI Keramik dan Mineral Nonlogam, Azhar Fitri
menyampaikan, pihaknya selalu siap bertransformasi dan beradaptasi sesuai
dengan perkembangan dan kebutuhan pelaku industri.
“Seiring pertumbuhan industri, membuat kami semakin mengoptimalkan
berbagai pelayanan jasa industri yang inovatif,” ujarnya.
Kegiatan temu usaha industri ini diikuti sebanyak 200 pelaku
industri keramik dan mineral nonlogam secara luring, serta lebih dari 1000
peserta mengikuti secara daring.
Rangkaian kegiatan lainnya adalah pameran industri, webinar dan
penyusunan skema sertifikasi tableware dan sanitary untuk
lembaga sertifikasi personil yang dihadiri oleh 26 industri.
Selain itu, pemberian penghargaan kepada PT. Lucky Indah Keramik
sebagai pelanggan terloyal, PT. Bintangmas Glass Solution sebagai pengguna
layanan jasa sertifikasi (SPPT SNI) terbanyak dan PT. Arwana Citra Mulia Tbk
sebagai pengguna layanan jasa terbanyak.
Kegiatan dilanjutkan dengan penyerahan SPPT-SNI Vial Ampul kepada
PT. Schoot Igar Glass dan peluncuran prangko 100 Tahun Balai Besar
Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Keramik dan Mineral Nonlogam.
Sebagai bentuk sinergi BBSPJI Keramik dan Mineral Nonlogam dengan
sejumlah mitra industri, dilakukan penandatanganan MoU di antaranya dengan PT.
Chandra Asri, Universitas Logistik dan Bisnis Indonesia, Disperindag Propinsi
Sumatera Utara, dan Universitas Jenderal Ahmad Yani.
Sumber: Investor Daily (02/03/2020)
JAKARTA - Pelaku industri manufaktur menunggu kepastian
penurunan harga gas bumi seperti yang dijanjikan pemerintah. Hal ini diyakini
dapat meningkatkan daya saing sekaligus memperbaiki iklim industri manufaktur
nasional.
Sementara itu, Kementerian Perindustrian (Kemenperin)
meyakini penurunan harga gas membuat target pertumbuhan industri 5,3% tahun ini
tercapai. Sesuai rencana, pengumuman penurunan harga gas bakal dilakukan pada
Maret 2020.
Dalam Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2016 tentang
Penetapan Harga Gas Bumi, pemerintah menjanjikan penurunan tarif gas industri
ke level US$ 6 per million metric british thermal units (mmbtu). Perpres itu
menyebutkan, tujuh sektor yang mendapatkan ketetapan harga gas itu yakni
industri oleokimia, pupuk, petrokimia, baja, keramik, kaca, dan sarung tangan
karet.
Ketua Umum Asosiasi Aneka Keramik (Asaki) Edy Suyanto
mengapresiasi rencana pemerintah menurunkan harga gas industri US$ 6 per mmbtu
pada April mendatang. Dia menuturkan, biaya energi atau gas pada industri keramik
berkisar 30-35% dari biaya produksi. Harga gas untuk industri keramik di Jawa
bagian barat mencapai US$ 9,16 per mmbtu, Jawa bagian timur US$ 7,98 per mmbtu,
dan Sumatera US$ 9,3-20 per mmbtu
Saat ini, Asaki memiliki 32 anggota industri keramik ubin
dengan total kapasitas terpasang 537 juta meter persegi (m2). Utilisasi
mencapai 64,5% atau 347 juta meter persegi pada 2019 dan dapat meningkat
menjadi 95% jika harga gas dapat diturunkan tahun ini. “Peningkatan hingga
90-95% akan turut menyerap tenaga kerja sekitar 1012 ribu orang,” ujar dia di
Jakarta, pekan lalu.
Ketua Umum Asosiasi Produsen Oleochemicals Indonesia (Apolin)
Rapolo Hutabarat meyakini, penurunan harga gas industri akan mendukung target
pertumbuhan ekonomi sebesar 6% dan terwujudnya aktivitas hilirisasi di
Indonesia. “Selama empat tahun, pelaku industri oleokimia menantikan regulasi
itu bisa terlaksana dan dapat diimplementasikan. Apalagi, industri oleokimia
termasuk tujuh sektor industri yang masuk dalam Perpres,” papar dia.
Berdasarkan data Apolin, kebutuhan gas industri oleokimia
mencapai 11,7-13,9 juta per mmbtu dari 11 perusahaan anggota Apolin. Saat ini,
industri oleokimia harus membayar harga gas industri rata-rata US$ 10-12 per
mmbtu. Variasi harga gas untuk industri oleokimia itu bergantung lokasi dan
jarak.
Dalam struktur biaya, biaya gas berkontribusi 10-12% untuk
produksi fatty acid dan 30-38% dalam menghasilkan fatty alcohol beserta produk
turunan di bawahnya. Apabila Perpres No 40/2016 bisa dijalankan untuk industri
oleokimia, dengan asumsi nilai tukar rupiah Rp 14.300 per dolar AS, disebutkan
akan adapenghematan US$ 47,6-81,8 juta per tahun atau Rp 0,68-1,1 triliun per
tahun.
Sementara itu, Sekjen Asosiasi Industri Olefin, Aromatik dan
Plastik Indonesia (Inaplas) Fajar Budiono menuturkan, penurunan harga gas akan
memberikan empat dampak positif, yaitu biaya produksi turun, harga jual turun,
memperkuat daya saing ekspor, dan daya beli masyarakat meningkat.
Saat ini, dikatakan Fajar, industri petrokimia mesti membeli
gas sebesar US$ 9,17 per mmbtu. Pada tahun ini, kebutuhan gas 24 industri
petrokimia mencapai 74 billion british thermal unit per day (BBTUD). “Yang
harus dipahami, turunnya harga gas dapat menggerakkan industrialisasi sehingga
pertumbuhan ekonomi nasional berpeluang bisa lewati 5%,” jelas dia.
Ketua Forum Industri Pengguna Gas Bumi (FIPGB) Yustinus
Gunawan menjelaskan, pelaku industri menunggu kepastian untuk penurunan harga
gas yang diharapkan bisa segera terlaksana. Sebab, para investor meminta
implementasi Perpres No 40/2016 bisa dijalankan secepatnya agar mendukung daya
saing dan iklim usaha yang kondusif.
Peneliti senior di Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan
Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, TM Zakir Machmud
menyatakan, penurunan harga gas industri dalam jangka pendek dinilai dapat
mengurangi penerimaan negara. Namun, dalam jangka panjang, diyakini akan
memberi manfaat lebih besar bagi negara seperti dari tambahan pajak seiring
pertumbuhan sektor industri.
“Harga input yang tidak kompetitif adalah isu utama di
industri manufaktur. Salah satu input itu adalah energi, termasuk gas
industri,” ujar dia.
Menurut Zakir, harga energi yang tidak kompetitif akan
membuat harga hasil produksi industri menjadi tidak dapat bersaing. Upaya
menurunkan harga gas industri dilakukan agar produk yang dihasilkan industri
manufaktur dalam negeri bisa kompetitif termasuk saat harus bersaing dengan
produk impor.
“Permintaan sisi industri seperti ini, kalau mau mendorong
industri, jangan ditarik di depan, tetapi tariklah di belakang. Kalau harga
input murah, industri bergerak. Dari situlah akan didapat tambahan perolehan
pajak,” papar dia.
Target Menperin
Sementara itu, Kemenperin menilai, penurunan harga gas
industri akan menopang daya saing dan produktivitas industri manufaktur
nasional. Apabila harga gas industri dapat ditekan hingga US$ 6 per mmbtu,
target pertumbuhan industri manufaktur sebesar 5,3% pada 2020 tercapai.
Sejumlah besar industri manufaktur dalam negeri membutuhkan
gas, baik sebagai energi maupun bahan baku dengan harga yang kompetitif. Itu
artinya, gas berperan penting terhadap daya saing sejumlah sektor industri.
Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita
mengatakan, beberapa hal yang menjadi latar belakang pemerintah untuk mendorong
penurunan harga gas industri antara lain biaya produksi, harga jual produk,
serta permintaan pasar. Bagi industri yang menggunakan gas sebagai bahan baku,
seperti industri tekstil hulu, petrokimia hulu, pupuk, keramik dan kaca, harga
gas merupakan bagian dari struktur biaya yang cukup besar.
Menurut Menperin, penurunan harga gas juga memiliki efek
berganda, seperti peningkatan produksi, peningkatan PDB, meningkatnya
keuntungan pada industri-industri yang menggunakan gas sebagai bahan baku, serta
meningkatkan jumlah tenaga kerja. Dia mengatakan semakin kecil harga gas,
semakin besar pula keuntungan yang diterima oleh semua pihak.
Dia menceritakan, untuk sektor industri teksil, gas memakan
biaya produksi sebesar 25% dan saat ini harganya berkisar US$ 9-12 per mmbtu.
Ini menyebabkan daya saing menjadi lemah. Bagi sektor industri hulu, akibat
tingginya harga gas industri, utilisasi produksi cenderung rendah di kisaran
45%, sehingga sebagian besar industri tekstil dan produk tekstil (TPT) hulu menurunkan
kapasitas produksi.
Pada industri petrokimia, dia melanjutkan, harga gas
mempengaruhi 70% struktur biaya. Selain itu, belum adanya pasokan bahan baku
etilena, propilena, polietilena (PE), polipropilena (PP), DME, dan industri
turunannya dari dalam negeri berpengaruh pada lambatnya pertumbuhan hilir
metanol. Dari aspek perdagangan, hal tersebut menyebabkan tingginya impor bahan
baku metanol.
Sumber : Investor (3/8/2021)
JAKARTA,
Investor.id – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menegaskan, industri
refraktori merupakan salah satu sektor strategis yang mampu menopang kinerja manufaktur
nasional. Produksi industri ini dapat memenuhi kebutuhan dasar industri
manufaktur lainnya.
“Industri
refraktori sebagai salah satu sektor strategis karena produksinya untuk
menopang kebutuhan berbagai manufaktur lainnya. Hasil dari industri refraktori
ini umumnya digunakan sebagai pelapis untuk tungku, kiln, insinerator, dan
reaktor tahan api pada industri semen, keramik, kaca dan pengecoran
logam,” kata Dirjen Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil (IKFT)
Kemenperin Muhammad Khayam dalam keterangan resminya, Selasa (3/8).
Khayam
optimistis, apabila industri refraktori ini tumbuh berkembang dan memiliki
performa gemilang, akan mendukung kinerja sektor industri pengolahan nonmigas,
khususnya kelompok industri bahan galian nonlogam.
“Pada kuartal I-2021,
kontribusi industri bahan galian nonlogam terhadap industri pengolahan sebesar
2,57% dan perkembangan nilai investasi industri bahan galian nonlogam
mencapai Rp 5,46 triliun,” sebut dia.
Untuk
meningkatkan daya saing industri refraktori, lanjut dia, Kemenperin berkomitmen
untuk menyediakan sumber daya manusia (SDM) yang kompeten. Langkah nyata
yang diwujudkan adalah meluncurkan Program Setara Diploma I (D1) Keramik dan
Refraktori, yang akan dilaksanakan di Politeknik STMI Jakarta.
“Melalui
program ini, kami berharap bisa memasok kebutuhan industri keramik dan
refraktori terhadap SDM yang terampil. Tentunya sesuai dengan perkembangan
teknologi saat ini,” kata Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya
Industri (BPSDMI) Kemenperin Arus Gunawan pada acara penandatanganan MoU
Program D1 Keramik dan D1 Refraktori, Selasa (3/8).
Arus
menjelaskan, kedua program tersebut merupakan hasil kerja sama antara BPSDMI
Kemenperin dengan Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil
(IKFT) Kemenperin yang didukung oleh Asosiasi Refraktori dan Isolasi Indonesia
(Asrindo), Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki), Balai Besar
Keramik (BBK), serta Direktorat Industri Semen, Keramik, dan Pengolahan Bahan
Galian Non-Logam.
“Program
ini merupakan wujud konkret dari komitmen Kemenperin dalam mengatasi tantangan
SDM industri saat ini, antara lain besarnya jumlah pengangguran terbuka,
tingkat pendidikan angkatan kerja yang masih rendah, dan peningkatan
produktivitas tenaga kerja,” papar dia.
Arus
menambahkan, kedua program tersebut diselenggarakan selama satu tahun oleh
Politeknik STMI Jakarta yang berkolaborasi dengan Balai Besar Keramik (BBK).
“Masing-masing program hanya membuka satu kelas untuk 30 mahasiswa pada setiap
kelasnya dan akan dikembangkan menjadi dua kelas untuk masing-masing program
pada tahun 2022 mendatang,” imbuh dia.
Tidak
hanya itu, Politeknik STMI Jakarta juga melibatkan banyak perusahaan industri
dalam penyelenggaraan kedua Program Setara D1 ini sehingga mahasiswa yang lulus
nantinya dapat langsung diserap bekerja di perusahaan-perusahaan industri
tersebut.
Beberapa
perusahaan yang terlibat dalam kerja sama kedua program ini, antara lain PT
Refratech Mandala Perkasa, PT Benteng Api Technik, dan PT Refractorindo Graha
Dinamika serta 21 perusahaan keramik yang terhimpun dalam Asaki.
Ketua
Umum Asrindo Basuki menyampaikan, terdapat 30 perusahaan yang sudah
tergabung dalam Asrindo. “Kami mengapresiasi inisiasi Kemenperin
dalam membangun iklim usaha yang kondusif melalui penyediaan SDM kompeten untuk
meningkatkan daya saing industri refraktori,” ujar dia.
Sumber : Kumparan
Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang mengatakan, industri keramik tanah air sudah mulai menggeliat. Hal ini
terlihat dari total investasi di sektor tersebut tembus Rp 17,7 triliun di
semester I 2022.
"Penambahan
investasi ini diharapkan dapat semakin memperkuat aliran rantai pasok industri
keramik nasional yang juga sejalan dengan program subtitusi impor guna
mengoptimalkan sumber daya produksi dalam negeri," kata Menperin Agus di
Kota Bandung pada Kamis (20/10).
Adapun insentif Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT) bagi industri sebesar USD 6 per MMBTU menjadi salah satu kebijakan yang dapat meningkatkan efisiensi biaya operasional di industri keramik. Dengan begitu, capaian utilitas kinerja industri ubin keramik tahun 2021 mencapai 72 persen atau tertinggi dalam lima tahun terakhir.
Selain itu, adanya strategi pemulihan ekonomi nasional
turut berdampak positif pada kinerja ekspor industri keramik pada kuartal I
tahun 2022. Ekspor produk keramik nasional tumbuh sebesar 12 persen dengan
total volume 3,9 juta meter² yang didukung oleh peningkatan penjualan ke negara
Filipina, Malaysia, dan Thailand.
Kemudian, capaian ekspor tersebut juga diikuti dengan
penurunan volume impor sebesar 2 persen (yoy) dari 18,5 juta meter² jadi 14,4
juta meter² yang berdampak pada kenaikan utilitas pada kuartal I-2022 berada di
level 83 persen.
"Prestasi kinerja industri keramik nasional ini tentunya didukung dengan keberadaan Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Keramik dan Mineral Non Logam yang menyelenggarakan layanan jasa seperti pengujian, sertifikasi, standardisasi, bimbingan teknis dan jasa teknis lainnya, yang dapat memastikan kualitas produk keramik secara akurat dan tepercaya," ucap Agus.
Tepatnya pada momentum 100 tahun ini, ia berharap dapat
dijadikan sebagai momentum untuk terus memberi layanan prima dan menciptakan
beragam inovasi demi meningkatkan daya saing di pasar global.
"Sehingga
industri keramik nasional dapat berjaya di negeri sendiri, berdaya saing di
pasar global dan menciptakan inovasi yang berkelanjutan," ujar dia.
Melalui
keterangannya pula, Kepala Badan Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri
(BSKJI) Kemenperin, Doddy Rahadi mengatakan, pihaknya terus fokus untuk dapat
menunjang daya saing industri melalui infrastruktur standardisasi industri
serta pemanfaatan sumber daya industri melalui pemanfaatan teknologi.
Upaya yang dimaksud
antara lain dengan melakukan optimalisasi pemanfaatan teknologi industri
berorientasi substitusi impor, penumbuhan circular economy, serta peningkatan
daya saing melalui penguatan standardisasi industri dan implementasi Industri
4.0.
"Guna mendukung
peningkatan daya saing industri, BBSPJI Keramik dan Mineral Nonlogam hadir
sebagai penyedia layanan jasa sertifikasi, pengujian, kalibrasi, pelatihan,
konsultasi dan optimalisasi teknologi industri," tandas dia.
Sumber : bicaranetwork.com
bicaranetwork.com - Menteri Perindustrian (Menperin)
Agus Gumiwang Kartasasmita menyebut sektor industri keramik telah mencatatkan investasi Rp17,7
triliun pada semester I tahun 2022.
"Penambahan investasi ini
diharapkan akan semakin memperkuat aliran rantai pasok industri keramik nasional yang juga
sejalan dengan program subtitusi impor guna mengoptimalkan sumber daya produksi
dalam negeri,” kata Menperin Agus Gumiwang Kartasasmita lewat
keterangannya di Jakarta, Kamis.
Hal terkait investasi industri keramik tersebut disampaikan Menperin saat
memberikan sambutan secara virtual pada acara Temu Usaha Industri dan Puncak
Memperingati 100 Tahun Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri
Keramik dan Mineral Nonlogam.
Ia
mengemukakan insentif Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT) bagi industri sebesar
6 dolar AS per MMBTU menjadi salah satu kebijakan yang dapat meningkatkan
efisiensi pada biaya operasional di industri keramik.
“Sehingga capaian
utilitas kinerja industri ubin keramik tahun 2021 mencapai 72 persen, atau
tertinggi dalam lima tahun terakhir,” ungkap Menperin.
Di samping
itu adanya strategi pemulihan ekonomi nasional turut berdampak positif
pada kinerja ekspor industri keramik pada kuartal I 2022.
Ekspor produk keramik tumbuh 12 persen dengan volume 3,9 juta meter persegi,
yang didukung oleh peningkatan penjualan ke negara Filipina, Malaysia, dan
Thailand.
Kinerja
ekspor tersebut, diikuti dengan penurunan volume impor sebesar 21 persen secara
tahunan (year on year/yoy) dari 18,5 juta meter persegi menjadi 14,4 juta meter
persegi, yang berdampak pada kenaikan utilitas pada kuartal I 2022 di level 83
persen.
“Prestasi
kinerja industri keramik nasional ini tentunya
didukung dengan keberadaan Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa
Industri (BBSPJI) Keramik dan Mineral Non-logam yang menyelenggarakan layanan
jasa seperti pengujian, sertifikasi, standardisasi, bimbingan teknis dan jasa
teknis lainnya, dan dapat memastikan kualitas produk keramik secara akurat dan
terpercaya,” papar Menperin.
Dari awal
pendiriannya tahun 1922 pada masa Pemerintahan Kolonial Belanda dengan
nama Het Keramische Laboratorium, BBSPJI Keramik dan Mineral
Non-logam terus berupaya memberikan kontribusi terbaik bagi industri keramik nasional.
“Dalam perjalanan
pengabdiannya, balai besar ini juga melayani jasa standardisasi hingga
sertifikasi, pendampingan pengembangan usaha industri meliputi industri kaca
(baik untuk bangunan, otomotif, hingga alat kesehatan), industri refraktori,
serta mineral non-logam lainnya,” kata Menperin.
Momentum
100 tahun tersebut hendaknya menjadi tonggak bagi BBSPJI Keramik dan Mineral
Non-logam dalam memberikan pelayanan prima serta bersinergi memajukan industri keramik dan turunannya, sehingga dapat berjaya di
negeri sendiri, berdaya saing di pasar global, dan menciptakan inovasi yang
berkelanjutan.
Sumber : KOMPAS.com
JAKARTA, KOMPAS.com - Balai Besar Keramik memperingati hari jadinya
yang ke-100. Industri keramik nasional mencakup peralatan makan (tableware),
lantai keramik, hingga sanitary, seperti kloset, wastafel, dan bathtub.
Kementerian Perindustrian berkomitmen untuk terus mendukung pembangunan
struktur industri nasional yang mandiri dan berdaulat, maju dan berdaya saing
di tingkat global, berkeadilan dan inklusif, industri berbasis inovasi dan
teknologi. Upaya memajukan industri keramik nasional terus dilakukan oleh
pemerintah dengan mengupayakan strategi khusus diantaranya pemberlakuan SNI
wajib bagi produk-produk keramik, kaca dan bahan galian nonlogam lainnya.
”Strategi dalam pemulihan industri keramik nasional perlu diimbangi
dengan peningkatan keterampilan dan keahlian tenaga kerja melalui adopsi
teknologi mutakhir dengan memanfaatkan penerapan teknologi industri 4.0 yang
dapat menciptakan produk ber-SNI, berkualitas kelas dunia, proses produksi yang
efektif, efisien, ramah lingkungan, serta diiringi dengan peningkatan
Penggunaan Produk Dalam Negeri khususnya dalam Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah," kata Menteri Perindustrian RI Agus Gumiwang Kartasasmita
dalam keterangan resmi, Jumat (21/10/2022). Tahun ini menjadi momentum
kebangkitan sektor Industri pengolahan nonmigas, termasuk industri keramik. Hal
ini tercermin dari kinerja positif industri keramik sebagai subsektor dari
industri bahan galian nonlogam, yang tumbuh 1,35 persen dengan kontribusi 0,47
pesen secara tahunan pada kuartal I 2022. Capaian ini menempatkan industri
bahan galian nonlogam sebagai peringkat kedua dalam kontribusi perkembangan
investasi di sektor industri kimia, farmasi dan tekstil (IKFT) sebesar 2,69
persen.
Insentif Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT) bagi industri sebesar USD 6 per
MMBTU melalui Keputusan Menteri ESDM Nomor 89K/10/MEM Tahun 2020, yang
selanjutnya diperbarui dengan Keputusan Menteri ESDM Nomor 134.K/HK.02/MEM.M
Tahun 2021 terbukti meningkatkan efisiensi biaya operasional, sehingga capaian
utilitas kinerja industri ubin keramik tahun 2021 mencapai 72 persen, tertinggi
dalam lima tahun terakhir.
Strategi pemulihan yang tepat tentunya berdampak pada perbaikan
berkesinambungan sehingga kinerja ekspor industri keramik nasional pada kuartal
I tahun 2022, menurut data BPS, mampu tumbuh positif sebesar 12 persen dengan
total volume 3,9 juta meter persegi yang didukung oleh peningkatan penjualan ke
Filipina, Malaysia, dan Thailand.
Pencapaian positif kinerja ekspor juga diikuti dengan penurunan volume
impor sebesar 21 persen secara tahunan (year on year) dari 18,5 juta meter
persegi menjadi 14,4 juta meter persegi, yang berdampak pada kenaikan utilitas
pada kuartal I 2022 berada di level 83 persen. Prestasi kinerja industri
keramik nasional ini tentunya didukung dengan keberadaan Balai Besar
Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Keramik dan Mineral Nonlogam yang
menyelenggarakan layanan jasa seperti pengujian, sertifikasi, standardisasi,
bimbingan teknis dan jasa teknis lainnya, yang dapat memastikan kualitas produk
keramik secara akurat dan terpercaya.
Doddy Rahadi Kepala Badan Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri
(BSKJI) Kemenperin menyampaikan bahwa pihaknya akan terus berfokus pada upaya
menunjang daya saing industri melalui infrastruktur standardisasi industri
serta pemanfaatan sumber daya industri melalui pemanfaatan teknologi industri.
"Dengan meluncurkan serangkaian kebijakan yang meliputi optimalisasi
pemanfaatan teknologi Industri berorientasi substitusi impor, penumbuhan
circular economy dan peningkatan daya saing melalui penguatan standardisasi
industri dan implementasi industri 4.0," tutur dia. Industri keramik
nasional terus berkembang selama lebih dari 30 tahun dan merupakan salah satu
industri yang didukung oleh ketersediaan bahan baku yang melimpah.
Prospek industri keramik nasional dalam jangka panjang cukup baik
seiring dengan pertumbuhan pasar dalam negeri yang terus meningkat karena
didukung oleh pertumbuhan pembangunan seperti properti dan perumahan. Industri
keramik yang terdiri dari ubin, saniter, tableware, kaca, refraktori serta
produk mineral nonlogam lainnya telah memberikan kontribusi yang cukup
signifikan dalam mendukung pembangunan nasioanal melalui penyediaan kebutuhan
domestik, perolehan devisa dan penyerapan tenaga kerja.
Sumber : Okezone
JAKARTA
- Balai
Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri (BBSPJI) Agro membawa alat pertahanan nasional
hasil garapan industri dalam negeri di ajang Indo Defence 2022.
Kepala
BBSPJI Logam dan Mesin, Gunawan menerangkan, di ajang pameran pertahanan
internasional terbesar se-Asia Tenggara itu,
BBSPJI
Logam dan Mesin menampilkan rantai tapak atau track link lapis baja untuk tank.
Komponen
ini bagian dari rantai tank yang menapak pada jalan dan secara keseluruhan
berfungsi untuk menggerakan kendaraan tempur tersebut.
“Keunggulan desain track link ini adalah terdapat bantalan karet
yang dapat mengurangi kebisingan suara tank dan lebih nyaman untuk dibawa di
jalan beraspal. Modifikasi bentuk tersebut merupakan salah satu faktor yang
mendukung penelitian ini dalam memperoleh paten. Kelebihan lainnya, track link
yang kami buat bisa berjalan di lumpur karena dilengkapi bagian serupa
sayap-sayap kecil atau dayung,” ujar Kepala BBSPJI Logam dan Mesin, Gunawan di
Jakarta, Jumat (4/11/2022).
Berikutnya,
partisipasi BBSPJI Keramik dan Mineral Nonlogam dalam penguatan sektor
pertahanan, yakni membuat produk rompi tahan peluru, helm tahan peluru serta
produk pelapis kendaraan militer sebagai substitusi baja. Untuk penemuan helm
tahan peluru, dilakukan melalui kerja sama riset dengan Balitbang Kementerian
Pertahanan dan PT Pindad. Hasil ini telah mendapatkan paten dengan Nomor ID P
0028082 pada April 2011 lalu dan siap untuk dikomersialkan.
“Kami
senantiasa mendukung kemajuan dan kemampuan industri alat pertahanan dalam
negeri. Kami juga berharap hasil yang kami kembangkan dapat mengatasi
ketergantungan Indonesia pada teknologi dari luar negeri,” ujar Kepala BBSPJI
Keramik dan Mineral Nonlogam, Azhar Fitri.
Selanjutnya,
BBSPJI Tekstil memperkenalkan aplikasi kitosan untuk antibakteri pada seragam
militer. Kitosan adalah produk samping hasil laut asal Indonesia, di mana memiliki
sifat alami antibakteri dengan kemampuan reduksi pertumbuhan bakteri pada
tekstil hingga lebih dari 90%.
“Dengan
adanya finishing agent chitogiene ini, pakaian seragam tidak mudah bau keringat
meskipun tidak dicuci beberapa hari. Hal ini tentu dapat meningkatkan unsur
kenyamanan dan sanitasi pribadi para prajurit TNI atau Polri,” tutur Kepala
BBSPJI Tekstil, Cahyadi.
Selain itu, BBSPJI Selulosa menampilkan penggunaan nitro
selulosa sebagai bahan dasar propelan untuk pendorong roket. Selama ini kebutuhan
nitro selulosa masih sangat tergantung impor. Oleh karenanya dalam rangka
mewujudkan kemandirian industri pertahanan, BBSPJI Selulosa bekerjasama dengan
PT. Dahana untuk mengembangkan dissolving pulp sebagai bahan baku nitro
selulosa.
Kepala
BBSPJI Selulosa, Sri Bimo Pratomo menyampaikan bahwa peluang pemanfaatan bahan
baku serat selulosa Indonesia masih sangat besar karena ketersediaannya cukup
berlimpah, di mana salah satunya adalah pemanfaatan Eucalyptus dan Bambu
Gombong menjadi nitro selulosa.
“Kami
sedang berupaya mengimplementasikan pemanfaatan selulosa ini menjadi produk
yang bernilai tambah tinggi untuk kemandirian bangsa,” terangnya.
Pada
pameran itu, Kemenperin juga memfasilitasi Asosiasi Sistem & Teknologi
Tanpa Awak (ASTTA) tampil di ajang Indo Defence 2022, untuk memperkenalkan
berbagai produk drone dalam negeri yang bisa mendukung sektor pertahanan dan
keamanan nasional. Apalagi, saat ini teknologi drone pertahanan merupakan topik
yang semakin ramai menjadi perbincangan sejak konflik Rusia dan Ukraina.
Di
samping itu, semakin banyak negara yang mulai tertarik dengan efektivitas
teknologi drone yang telah terbukti di medan pertempuran.
Di
Indonesia sendiri telah terdapat beberapa perusahaan manufaktur drone yang
mampu mengembangkan teknologi tersebut dan tergabung di dalam ASTTA.
IDXChannel -
Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri (BBSPJI) Agro memamerkan
alat pertahanan nasional
hasil buatan dalam negeri di ajang Indo Defence 2022.
Beberapa produk itu di antaranya komponen tank dan drone.
Kepala BBSPJI Logam dan Mesin, Gunawan menerangkan, di
ajang pameran pertahanan internasional terbesar se-Asia Tenggara itu,
pihaknya menampilkan rantai tapak atau track link lapis baja
untuk tank.
Komponen
ini bagian dari rantai tank yang menapak pada jalan dan secara keseluruhan
berfungsi untuk menggerakan kendaraan tempur tersebut.
“Keunggulan desain track link ini adalah
terdapat bantalan karet yang dapat mengurangi kebisingan suara tank dan lebih
nyaman untuk dibawa di jalan beraspal. Modifikasi bentuk tersebut merupakan
salah satu faktor yang mendukung penelitian ini dalam memperoleh paten.
Kelebihan lainnya, track link yang kami
buat bisa berjalan di lumpur karena dilengkapi bagian serupa sayap-sayap kecil
atau dayung,” ujar Gunawan di Jakarta, Jumat (4/11/2022).
Selain itu, BBSPJI Keramik dan Mineral
Nonlogam berpartisipasi dalam penguatan sektor pertahanan, yakni membuat produk
rompi tahan peluru, helm tahan peluru serta produk pelapis kendaraan militer
sebagai substitusi baja.
Untuk
penemuan helm tahan peluru, dilakukan melalui kerja sama riset dengan Balitbang
Kementerian Pertahanan dan PT Pindad. Hasil ini telah mendapatkan paten dengan
Nomor ID P 0028082 pada April 2011 lalu dan siap untuk dikomersialkan.
“Kami senantiasa mendukung kemajuan dan
kemampuan industri alat pertahanan dalam negeri. Kami juga berharap hasil yang
kami kembangkan dapat mengatasi ketergantungan Indonesia pada teknologi dari
luar negeri,” ujar Kepala BBSPJI Keramik dan Mineral Nonlogam, Azhar Fitri.
Selanjutnya, BBSPJI Tekstil memperkenalkan
aplikasi kitosan untuk antibakteri pada seragam militer. Kitosan merupakan
produk samping hasil laut asal Indonesia, di mana memiliki sifat alami
antibakteri dengan kemampuan reduksi pertumbuhan bakteri pada tekstil hingga
lebih dari 90%.
“Dengan adanya finishing agent chitogiene ini,
pakaian seragam tidak mudah bau keringat meskipun tidak dicuci beberapa hari.
Hal ini tentu dapat meningkatkan unsur kenyamanan dan sanitasi pribadi para
prajurit TNI atau Polri,” tutur Kepala BBSPJI Tekstil, Cahyadi.
Selain itu, BBSPJI Selulosa menampilkan penggunaan nitro
selulosa sebagai bahan dasar propelan untuk pendorong roket. Selama ini
kebutuhan nitro selulosa masih sangat tergantung impor. Oleh karenanya dalam
rangka mewujudkan kemandirian industri pertahanan, BBSPJI Selulosa bekerjasama
dengan PT. Dahana untuk mengembangkan dissolving pulp sebagai
bahan baku nitro selulosa.
Kepala BBSPJI Selulosa, Sri Bimo Pratomo
menyampaikan bahwa peluang pemanfaatan bahan baku serat selulosa Indonesia
masih sangat besar karena ketersediaannya cukup berlimpah, di mana salah
satunya adalah pemanfaatan Eucalyptus dan Bambu Gombong menjadi nitro
selulosa.
“Kami sedang berupaya mengimplementasikan
pemanfaatan selulosa ini menjadi produk yang bernilai tambah tinggi untuk
kemandirian bangsa,” terangnya.
Pada pameran itu, Kemenperin juga memfasilitasi Asosiasi
Sistem & Teknologi Tanpa Awak (ASTTA) tampil di ajang Indo Defence 2022,
untuk memperkenalkan berbagai produk drone dalam negeri yang bisa mendukung
sektor pertahanan dan keamanan nasional.
Apalagi, saat ini teknologi drone pertahanan merupakan topik yang semakin ramai
menjadi perbincangan sejak konflik Rusia dan Ukraina.
Di samping itu, semakin banyak negara yang
mulai tertarik dengan efektivitas teknologi drone yang telah terbukti di medan
pertempuran. Di Indonesia sendiri telah terdapat beberapa perusahaan manufaktur
drone yang mampu mengembangkan teknologi tersebut dan tergabung di dalam ASTTA.
(FRI)
Sumber : Kemenperin
Kamis, 23 Februari 2023.
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus mendorong penyerapan produk keramik dalam negeri, termasuk melalui belanja berbasis Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), dengan demikian produk-produk keramik nasional mampu menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Peningkatan daya saing industri keramik nasional berperan penting dalam hal ini.
“Salah satu yang menjadi fokus Kemenperin adalah agar produk-produk nasional kita cepat mendapatkan sertifikasi. Karenanya, beberapa regulasi berkaitan dengan kewajiban untuk menggunakan produk dalam negeri sudah kami tuangkan, termasuk regulasi penjumahan nilai bobot Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) dan Bobot Manfaat Perusahaan (BMP) paling sedikit 40 persen,” kata Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita saat membuka Pameran Keramika Indonesia dan Megabuild Indonesia 2023 di Jakarta, Kamis (23/3).
Menperin menyampaikan, industri keramik nasional memiliki prospek yang cerah seiring dengan pertumbuhan pasar domestik yang terus meningkat melalui banyaknya proyek infrastruktur pemerintah. Peluang pengembangan industri keramik tanah air salah satunya didukung oleh proyek pemerintah yang potensial, yakni pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) yang sedang berlangsung saat ini.
“Ini menjadi potensi yang besar bagi industri dalam negeri, termasuk bagi industri keramik dan pendukungnya. Tentunya kita tidak mau pembangunan IKN diisi oleh produk-produk yang bukan berbasis dalam negeri. Sehingga, saya harap roadmap industri keramik nasional mampu mengisi kebutuhan-kebutuhan pembangunan IKN,” ujarnya.
Dalam roadmap industri keramik yang disampaikan Asosiasi Aneka Keramik Indonesia (ASAKI), produksi keramik 551 juta meter persegi ditingkatkan menjadi 625 juta meter persegi, kemudian ditingkatkan lagi menjadi 810 juta meter persegi untuk memenuhi target angka perkapita penggunakan keramik di negara-negara Asia Tenggara yang sebesar tiga meter persegi. Apabila target tersebut terpenuhi, akan menjadikan Indonesia sebagai produsen keempat terbesar keramik di dunia dan terbaik di Asia.
“Kemenperin akan terus mendampingi dan mendukung target tersebut. Terlebih industri keramik ditargetkan untuk mencapai utilisasi di atas 82 persen hingga 2024. Saat ini utilisasinya mencapai 78 persen,” sebut Menperin.
Melihat potensi yang pengembangan yang besar, pemerintah mengeluarkan berbagai kebijakan untuk menjaga keberlangsungan iklim usaha yang kondusif serta terus mendorong utilitas produksi industri keramik dalam negeri. Salah satu kebijakan tersebut adalah insentif Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT) bagi industri pada harga USD6/ MMBTU. Industri keramik merupakan salah satu penerimanya.
“Memperjuangkan kebijakan harga gas untuk industri sebesar USD6/MMBTU ini tidak mudah. Namun kami memegang prinsip no one left behind agar industri nasional mendapatkan harga gas yang kompetitif, sehingga produk-produknya akan jauh memiliki daya saing dibanding produk dari negara lain,” tutur Menperin.
Menurutnya, peningkatan daya saing industri keramik juga dapat diraih melalui menerapkan prinsip industri hijau dengan proses produksi yang ramah lingkungan. “Selanjutnya, yang perlu menjadi perhatian adalah memperkenalkan teknologi baru sehingga produk menjadi daya saing tinggi, dan tidak berhenti berinovasi,” Menperin menekankan.
Agus menambahkan, meski pasar dalam negeri masih berpotensi tinggi bagi industri keramik, Kemenperin terus mendorong agar subsektor manufaktur tersebut melihat peluang-peluang perluasan ekspor ke negara-negara yang sustainable.
“Saya mengajak ASAKI agar lebih agresif untuk menembus pasar ekspor ke negara-negara yang berpeluang menjadi pasar yang berkelanjutan bagi produk-produk keramik dan pendukungnya,” tegas Menperin.
Ketua Umum ASAKI Edy Sutanto mengapresiasi upaya-upaya Kemenperin untuk terus mendorong keberlangsungan industri keramik nasional. Melalui berbagai kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan Kemenperin tersebut, industri keramik nasional mampu terus ekspansi serta mampu pulih lebih cepat setelah dihantam pandemi Covid-19.
Edy menyampaikan, kebijakan-kebijakan Kemenperin dirasakan sebagai bagian solusi untuk permasalahan yang dihadapi para pelaku industri keramik, terutama dengan kehadiran Izin Operasional dan Mobilitas Kegiatan Industri (IOMKI) yang terbukti sangat efektif saat pandemi Covid-19 di saat penerapan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). “Kebijakan tersebut memberikan kami keleluasaan dan kemampuan untuk bisa beroperasi normal. Ini adalah ucapan dari 150 ribu karyawan yang tergabung dalam ASAKI atas sebuah kebijakan yang luar biasa,” sebutnya.
Ia juga menyampaikan, semangat no one left behind dalam memperjuangkan kebijakan HGBT USD6/MMBTU sangat dirasakan manfaatnya oleh industri keramik. “Kami juga mengapresiasi program P3DN yang mendorong industri anggota ASAKI untuk memanfaatkan fasilitasi sertifikat TKDN. Kami laporkan bahwa mayoritas sudah memiliki sertifikasi TKDN dan melaksanakan di atas 75%,” ujar Edy.