Balai Besar Keramik Bandung kembali menyelenggarakan
kegiatan tahunan Seminar Nasional Keramik XX, Rabu 13 Oktober 2021 di Hotel
Pullman Bandung Grand Central. Seminar ini terselenggara dengan sukses atas
dukungan Kementerian Perindustrian Republik Indonesia dan Badan Standardisasi
dan Kebijakan Jasa Industri
Seminar
dibuka oleh Kepala Pusat Optimalisasi Pemanfaatan Teknologi Industri dan
Kebijakan Jasa Industri, DR.Ir. Heru Kustanto, M.Si. Dalam sambutannya, beliau
menyatakan bahwa ketersediaan pasokan bahan baku yang berkesinambungan menjadi
faktor yang tidak kalah penting dalam pengembangan industri keramik Nasional.
Kepala
Balai Besar Keramik Ir. Azhar Fitri, M.Si mengatakan acara yang dihelat sebagai
media desiminasi hasil penelitian dan perkembangan terkini bidang keramik ini
mengambil tema “Hilirisasi Bahan Galian non Logam Indonesia dan Ekonomi
Sirkular dalam mendukung Penerapan Industri Hijau”.
Seminar
diawali dengan pemaparan lima narasumber yang mewakili pemerintah, praktisi,
akademisi, dan industri yaitu Agust Juvenly Purba, ST, MBA (Pejabat Fungsional
Pembina Industri pada Direktorat Industri Semen, Keramik, dan Pengolahan Bahan
Galian Non Logam, Kementrian Perindustrian RI) dan Prof.Dr.rer.nat Marta
Fani Cahyandito, SE., M.Sc (Guru Besar Ilmu Manajemen Strategis FakultasEkonomi
dan Bisnis Universitas Padjajaran , Rr. Sri Gadis Pari Bekti, S.Si, M.Si.
(Pejabat Fungsional Analis Kebijakan pada Pusat Industri Hijau Badan
Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri),Dra. Sinta Rismayani, MT (Pejabat
Fungsional Asesor Manajemen Mutu Industri pada Balai Besar Keramik Badan
Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri), Dadang Makmun (PT. Energi Prima
Nusantara), dan Djoko Soeprijanto (PLTU Jateng II Adipala Cilacap) yang
mendiskusikan isu-isu terkini tentang sirkular ekonomi dalam mendukung
pengembangan industri hijau di Indonesia.
Di
samping seminar, pada acara ini dilakukan juga penandatanganan Nota
kesepahaman antara Balai Besar Keramik dengan PT.Energi Prima Nusantara terkait
pelatihan, konsultansi dan optimalisasi pemanfaatan teknologi FABA sebagai produk
fungsional, dan dengan Fakultas kedokteran Gigi, Universitas Airlangga
terkait dengan Optimalisasi pemanfaatan Teknologi Material Hidroksiapatit (HA)
dan aplikasinya di bidang medik.
Tanggal
2 sept 2021 BBK menerima kunjungan Sekjen, Inspektur, dan Ka. BSKJI di lahan
BBK yang belokasi di Desa Payonanan dan Desa Batutumpang, Plered Purwakarta.
Kunjungan ini bermaksud untuk meninjau lahan BBK di wilayah Plered dengan luas
mencapai 109.560 M2, pada kesempatan ini Ka. Biro Keuangan memaparkan
hasil pemantauan terhadap kondisi lahan, status penatausahaan tanah, serta
usaha pengamanan yang telah dilaksanakan oleh Balai Besar Keramik. Ka. Biro
Keuangan menekankan pentingnya pengamanan asset negara jangan sampai asset
negara tersebut digunakan oleh pihak yang tidak berhak, perlunya mengutamakan
kepentingan bersama dan mengesampingkan ego sektoral dalam pemberdayaan sumber
daya yang ada. Pada momen ini pula Ka. BSKJI memaparkan rencana pemanfaatan
lahan ini untuk untuk pembangunan Indonesia Manufacturing Center dan Pengembangan Industri Semikonduktor Nasional,
pertimbangan lainnya untuk pemanfaatan lahan berupa kerjasama industri dengan
skema bangun guna serah.
Mengapa Indonesia
Manufacturing Centre itu penting?. IMC Merupakan suatu solusi
ekosistem manufacturing di Indonesia yang mana bertujuan menciptakan One Stop Services dalam upaya mendorong Produk Substitusi Impor
Manufaktur Nasional, Peningkatan Kinerja Industri Manufaktur, Menciptakan Technopreneur baru, dan Memperkuat Supply Chain Nasional. Tujuan pemanfaatan lahan ini tentu saja
bertujuan untuk meningkatkan daya saing industri nasional agar mampu bersaing
dengan produk global. Mari kita sama-sama tunggu berjalannya pembangunan Indonesia
Manufacturing Center dan pengembangan Industri Semikonduktor
Nasional demi industri yang lebih maju.
Selanjutnya
dilakukan pemantauan ke lokasi lahan, pada saat pemantauan ditemukan pembangunan
rumah tinggal pada lahan Balai Besar Keramik. Hasil konfirmasi kepada warga
ditemukan bahwa warga telah memiliki sertifikat dari BPN. Hal ini menggambarkan
pentingnya dilakukan tindakan pengamanan aset lebih lanjut seperti dilakukan
pemagaran pada sekeliling lahan milik negara sehingga Batasan tanah milik
negara dapat diketahui dengan jelas. Tindak lanjut ini diharapkan dapat segera
dilaksanakan agar hal tersebut tidak terus terjadi yang akan menyebabkan
semakin sulitnya proses penertiban aset negara.
Balai Besar Keramik (BBK) Kementerian Perindustrian menggelar
vaksinasi Covid-19 tahap 2 (dua) yang dikhususkan bagi semua ASN, cleaning
service dan satuan pengamanan. Pada hari Selasa 29 Juni 2021 BBK menggelar
vaksinasi di ruang auditorium BBK.
Penyuntikan
vaksin Covid-19 tahap dua diberikan kepada orang yang sudah melakukan vaksinasi
tahap pertama yang sebelumnya berlangsung pada tanggal 27 Mei 2021. Jadi setiap
orang yang telah divaksin tahap pertama sudah bisa diberikan vaksin tahap dua.
Sebelum dilakukan penyuntikan vaksin berbagai tahapan mesti
dilalui dan protokol kesehatan Covid-19 dilaksanakan seperti menggunakan
masker, mencuci tangan, menjaga jarak, pemeriksaan tensi darah hingga
pengukuran suhu tubuh.
Diberikannya
vaksin Covid-19,tahap kedua ini bertujuan untuk meningkatkan imunitas dalam
tubuh serta sebagai penangkal dari virus. Jadi diharapkan bagi siapa saja yang
sudah di vaksin akan terbebas dengan virus corona.
Vaksin covid-19 memiliki 2 dosis yang disuntikan dengan interval 4 Minggu(28 hari). Dosis pertama untuk mengenalkan vaksin dan memicu respon kekebalan awal. Dosis kedua untuk menguatkan respon imun yang telah terbentuk sebelumnya.
Antibodi baru akan optimal 14-28 hari setelah suntikan kedua
dilakukan. Bila seseorang dinyatakan positif usai vaksinasi, berarti saat
divaksinasi sudah terinfeksi covid-19 dan sedang dalam masa inkubasi
Yang harus diingat bahwa sudah di vaksin bukan berarti kita tidak akan tertular covid-19, makanya prokes harus tetap dijalankan meski sudah vaksin. Mari kita semua mendukung program pemerintah dalam pemberian vaksin kepada semua warga Indonesia supaya memutus mata rantai dan terhindar tularan virus corona.
Balai Besar Keramik telah melaksanakan vaksinasi Covid – 19 tahap
pertama pada hari Kamis (27/5/2021). Vaksin yang digunakan adalah vaksin
sinovac yang diberikan oleh petugas vaksin UPT Puskesmas Ibrahim Adjie.
Vaksinasi ini dilaksanakan di Auditorium Balai Besar Keramik dari pukul 09.00
WIB – 12.00 WIB. Seluruh pegawai Balai Besar Keramik termasuk cleaning
service, satpam, dan supir ikut serta dalam vaksinasi Covid – 19 ini.
Tidak hanya pegawai Balai Besar Keramik saja yang mengikuti vaksinasi
Covid – 19 ini, tetapi juga diikuti oleh seluruh pegawai Balai Besar Tekstil.
Masih dalam satu tempat yang sama yaitu di Auditorium Balai Besar Keramik.
Namun dibedakan waktunya agar tidak terjadi kerumunan. Pemberian vaksinasi
Covid – 19 kepada seluruh pegawai Balai Besar Keramik dimulai dari pukul 09.00
WIB sampai dengan pukul 10.30 WIB. Sedangkan Balai Besar Tekstil dimulai dari
pukul 10.30 WIB sampai dengan 12.00 WIB.
sumber : https://www.instagram.com/irhamphotograph/
Total pegawai yang melakukan vaksinasi oleh UPT Puskesmas Ibrahim Adjie
berjumlah 97 orang. Adapun jumlah sasaran vaksin (jumlah pegawai) Balai Besar
Keramik berjumlah 119 orang dengan rincian sebagai berikut:
Terdapat pula pegawai yang sudah melakukan vaksin diluar Balai Besar
Keramik berjumlah 6 orang dan pegawai yang ditunda proses vaksin tahap pertama
tanggal 27 Mei 2021 berjumlah 16 orang.
sumber : https://www.instagram.com/irhamphotograph/
Pelaksanaan Vaksinasi Covid – 19 di Auditorium Balai Besar Keramik
berlangsung lancar dan pegawai yang ikut serta didalamnya tidak mengalami
gejala apapun. Dengan dilaksanakannya pemberian vaksinasi Covid – 19 ini
diharapkan seluruh pegawai Balai Besar Keramik menjadi lebih terlindungi dari
bahaya virus Covid – 19 serta dapat meningkatkan kinerja dalam memberikan
pelayanan dan meningkatkan rasa aman bagi pelanggan yang akan mengadakan
kunjungan ke Balai Besar Keramik. Vaksinasi Covid – 19 ini juga termasuk
ikhtiar kita bersama dalam menangkal serta mengurangi penyebaran virus Covid –
19.
Sumber : Maritim
JAKARTA-MARITIM : Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memacu
produktivitas dan daya saing industri keramik di tanah air. Sebab, sektor ini
punya potensi dan peluang yang besar untuk dikembangkan di dalam negeri,
seiring dengan ketersediaan sumber daya alam yang dijadikan bahan baku.
Tersebar di sejumlah daerah.
“Secara kapasitas dan kemampuan, industri keramik kita telah mampu memenuhi kebutuhan nasional. Namun demikian, kami juga mendorong pemanfaatan teknologi, guna menciptakan produk yang inovatif dan kompetitif,” kata Direktur Industri Semen, Keramik dan Pengolahan Bahan Galian Non Logam, Adie Rochmanto Pandiangan, di Jakarta, baru-baru ini.
Menurutnya,
sejumlah kebijakan strategis yang telah dijalankan pemerintah dalam rangka
mendongkrak daya saing industri keramik nasional terhadap ancaman produk impor,
antara lain adalah penerapan safeguard atau pengenaan Bea Masuk Tindakan
Pengaman (BMTP) terhadap impor produk ubin keramik. Selain itu, pemberlakuan
harga gas bumi untuk sektor industri sebesar US$6 per MMBTU.
“Upaya pemerintah yang telah dilakukan tersebut, sangat mendongkrak pemulihan kinerja industri keramik nasional dan dirasakan juga manfaatnya dengan adanya peningkatan permintaan pasar dalam negeri maupun ekspor,” paparnya.
Saat
ini, lanjut Adie, utilisasi produksi nasional dari sektor industri keramik
mulai melonjak hingga 65% pada November 2020. Sehingga diharapkan akan terus
meningkat sampai dengan akhir tahun 2020 sebesar 70% dari sebelumnya
hanya utilisasi hanya berkisar 45%-50% karena pandemi Covid-19.
Sementara
Dirjen Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil (IKFT) Kemenperin, Muhammad Khayam,
optimistis pada kebijakan yang telah diterbitkan pemerintah dapat meningkatkan
pertumbuhan industri di tengah masa pandemi saat ini.
“Kami mengapresiasi kepada sektor industri manufaktur dalam negeri, termasuk industri keramik, yang telah menunjukkan keuletan dan mampu memanfaatkan peluang rebound dengan dukungan pemerintah,” ucapnya.
Ditambahkan,
pihaknya akan terus berupaya melaksanakan langkah-langkah kebijakan strategis,
yang merupakan program kementerian. Di antaranya, melalui program substitusi
impor 35% pada 2022, untuk mendukung pemulihan industri nasional. Sekaligus
mewujudkan sektor industri yang maju dan berdaya saing. (Muhammad Raya)
Sumber : Kontan.co.id
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Upaya mewujudkan vaksinasi
virus corona terus didorong. Dengan jumlah penduduk Indonesia yang mencapai
sekitar 270 juta jiwa, maka pasokan sarana dan prasarana pendukung vaksinasi
turut jadi perhatian.
Salah
satu hal penting yang perlu disiapkan oleh Indonesia adalah soal penyediaan dan
keamanan dari kemasan (vial) vaksin Covid-19 itu. Vial, merupakan suatu benda
penampung cairan, bubuk dan tablet farmasi. Vial yang modern umumnya terbuat
dari kaca dan plastik. Para ilmuwan juga menggunakan vial ini sebagai tempat
penampungan sampel atau bahan penelitian.
Terkait
itu, Balai Besar Keramik (BBK) Bandung yang merupakan salah satu satker di
bawah Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyelenggarakan webinar bertema
'Aspek Keamanan Produk Kaca (Vial/Ampul) untuk Keperluan Medis', di Bandung,
Senin (23 /11) kemarin.
Kepala BBK Bandung Gunawan bilang ke depan pengujian vial
ini akan masuk menjadi ruang lingkup pelayanan jasa teknis pengujian di
laboratorium BBK. "Laboratorium uji vial/ampul ini merupakan salah satu
dukungan BBK dalam pemberlakuan SNI wajib guna pengamanan pasar dalam
negeri," ujar dia dalam keterangannya, Selasa (24/11).
Sementara
Kepala Divisi Produksi Farmasi PT Bio Farma Hikmat Alitamsar mengatakan BUMN
pelat merah ini merupakan satu-satunya produsen vaksin dan antisera di
Indonesia, sekaligus terbesar di Asia Tenggara. Dengan kepemilikan saham
pemerintah 100%. Saat ini pihaknya tengah mengembangkan vial versi baru bernama pre-filled
syringe di luar kemasan yang sudah ada.
Setiap
vial yang diterima, sambungnya, harus memenuhi 4 syarat. Yaitu lulus uji kimia
permukaan wadah kaca, pengukuran dimensi, pengujian mesin dan dokumentasi.
Sementara pembersihan dilakukan melalui pencucian dan pembilasan botol vial
dengan memakai kelas air yang sesuai untuk menghilangkan partikel asing dan
bahan kimia lainnya.
Bilasan
air pertama dapat menggunakan purifield water dan
bilasan terakhir harus menggunakan water for injection (WFI).
Sedangkan pengeringan dilakukan memakai udara yang steril.
Dia
bilang vaksin Bio Farma telah dipakai di 130 negara di dunia, atau 2/3
kebutuhan vaksin Polio dunia dipenuhi oleh Bio Farma. Di samping itu, Indonesia
melalui Bio Farma menjadi negara termaju dalam hal pengembangan vaksin di
antara 57 negara anggota OKI lainnya. "Sudah banyak produk vaksin Bio
Farma yang lulus pre kualifikasi WHO," ungkap Hikmat.
Di
sisi lain, Kasubdit Pengawasan Produksi Produk Biologi dan Sarana Khusus BPOM
Dwiana Andayani menambahkan, BPOM selalu melakukan pengawalan terhadap berbagai
macam obat yang beredar di masyarakat, agar memenuhi persyaratan sesuai
khasiat. Keamanan dan mutu obat. Sehingga memberikan perlindungan bagi
konsumen.
Sebab, penerapan cara pembuatan obat yang baik secara konsisten
dan pemenuhan terhadap standar serta persyaratan akan menghasilkan produk yang
berkualitas dan meningkatkan daya saing di pasar lokal maupun global.
"Kami melihat, khasiat, keamanan dan mutu produk obat sangat dipengaruhi
oleh proses produksi dan didukung spesifikasi bahan kemasan yang sesuai dengan
persyaratan produk," urainya.
Sumber : bisnis.com
Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Perindustrian melalui Balai Besar
Keramik akan menambah fasilitas pengujian produk bahan isolasi tahan panas
serta fasilitas produk vial/ampul untuk keperluan medis.
Fasilitas
ini ditargetkan beroperasi pada tahun 2021. Saat ini, Balai Besar Keramik telah
memiliki 8 jenis lapolatorium uji seperti labolatorium kaca, sanitair, ubin
keramik, tableware, kimia keramik, bahan baku keramik, refraktory, dan bata
genteng.
Dirjen
Industri Kimia Farmasi dan Tekstil (IKFT) Kemenperin Muhammad Khayam mengatakan
kehadiran fasilitas pengujian ini di dalam negeri diharapkan mampu meningkatkan
daya saing produk lokal dengan produk impor.
“Dengan
diukung dengan penurunan harga gas, [fasilitas ini] diharapkan dapat memenuhi
kebutuhan dalam negeri dan bahkan meningkatkan kepercayaan pembeli di level
Internasional,” ungkap M. Khayam di sela-sela kunjungan ke laboratorium Balai
Besar Keramik Bandung, Jumat (13/11/2020).
Hadirnya
fasilitas pengujian produk isolasi panas ini disambut baik oleh industri
rockwool, mengingat industri rockwool dalam negeri saat ini sudah mampu
mengekspor produknya ke beberapa negara seperti negara negara di Asia Tenggara,
Australia, Afrika dan Timur Tengah.
Industri
jenis ini memiliki TKDN sebesar 85 persen. Dengan kapasitas produsen Rockwool
di Indonesia mencapai 40.000 – 45.000 ton/tahun dan masih dapat meningkat,
angka ini dapat memenuhi kebutuhan nasional sebesar rata rata 23.700 ton/tahun.
Namun
saat ini penggunaan produk dalam negeri masih berkisar 36 persen per tahun,
sedangkan sisanya masih impor.
Rockwool
merupakan produk isolasi tahan panas memiliki sifat tahan api dan juga
berfungsi sebagai penyerap suara banyak digunakan di industri manufaktur yang
menggunakan temperatur tinggi di dalam prosesnya.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Badan Penelitian dan
Pengembangan Industri (BPPI) Kemenperin, Doddy Rahadi, mengatakan dengan
hadirnya fasilitas dan standar SNI yang terus bertambah, industri di Indonesia
diharapkan secara bertahan meningkatkan kualitas produknya.
Sumber : maritim
JAKARTA-MARITIM : Untuk jadi top 10 ekonomi dunia pada 2030, Indonesia perlu
maksimalkan industri 4.0 sebagai peluang mengejar pertumbuhan ekonomi. Sehingga
lewat revitalisasi sektor manufaktur tercapai kontribusi tinggi terhadap PDB.
“Sebab,
konsep sirkular ekonomi dapat menjawab berbagai permasalahan umum yang dihadapi
industri dalam negeri,” kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri
(BPPI) Kemenperin, Doddy Rahadi, saat webinar temu usaha industri, yang
diadakan Balai Besar Keramik (BBK), di Jakarta, Rabu (21/10/2020).
Kegiatan
bertema ‘Implementasi Sirkular Ekonomi pada Industri Keramik dan Kaca untuk Mewujudkan
Making Indonesia 4.0’ ini dimoderatori Kepala BBK Bandung, Gunawan.
Dengan
pembicara Plt Direktur Ketahanan dan Iklim Usaha Kemenperin Yan Sibarang,
Kepala Pusat Industri Hijau Kemenperin Junadi Marki serta Ketua Asosiasi Kaca
Lembaran dan Pengamanan Yustinus H Gunawan. Selanjutnya Ketua Asosiasi Produsen
Gelas Kaca Indonesia Henry T Susanto, Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia
Gunarso dan Sinta Rismayani dari BBK.
Industri
manufaktur pada 2018, menurutnya, menyumbang 20,2% PDB dan membuka 14 juta
lapangan kerja. Bahkan di masa pandemi ini berkontribusi 19,98% dengan capaian
nilai tambah Rp700,51 triliun serta menyerap 18,5 juta pekerja.
Dengan target jadi 10 ekonomi terbesar di dunia, lanjut Doddy,
kita perlu sungguh-sungguh merealisasikan berbagai prioritas nasional dalam
Making Indonesia 4.0. Dengan menerapkan prinsip ekonomi berkelanjutan baik oleh
industri maupun kerja sama lembaga riset. Sehingga akan dihasilkan bahan baku
bernilai tambah tinggi, efisiensi dalam proses produksi dan limbah industrinya
dapat dipakai oleh industri lain.
Ditambahkan,
sektor manufaktur Indonesia umumnya punya masalah sama, mulai dari
ketersediaan bahan baku lokal hingga kebijakan lintas sektor. Making Indonesia
4.0 mampu menjawab tantangan dan kendala itu serta mempercepat perkembangan
industri manufaktur nasional.
Konsep
sirkular ekonomi dan standar industri hijau bagian dari ekonomi keberlanjutan
ke depan akan diimplementasikan pada industri manufaktur. Prinsip
buat-pakai-buang pada ekonomi linear diubah ke prinsip regenerasi 5R (Reduce,
Reuse, Recycle, Recovery and Repair).
Sementara
Kepala BBK, Gunawan, menyampaikan untuk mengatasi permasalahan industri
Kemenperin telah membuat Industri 4.0 dengan salah satu program prioritas
membuat standar-standar keberlanjutan (sustainability).
Hal
lain, BBK telah mengimplementasikan kerja sama dengan beberapa Unit Jasa
Pembangkit PT Indonesia Power berupa pemanfaatan limbah fly ash dan bottom ash
menjadi produk seperti tetrapod, tiang panel, paving block dan bahan bangunan
lainnya.
“Riset
dan rekayasa yang dilakukan tersebut merupakan salah satu upaya Balai Besar
Keramik dalam implementasi prinsip ekonomi sirkular sebagai bagian dari Making
Indonesia 4.0,” ucap Gunawan.
Komitmen industri hijau
Pada
kesempatan sama, Kepala Pusat Industri Hijau Kemenperin, Junadi Marki,
mengatakan Kemenperin terus berkomitmen mewujudkan pembangunan berkelanjutan
melalui penguatan konsep sirkular ekonomi sebagai sumber efisiensi dan nilai
tambah sektor industri. Hal itu sebagai upaya penerapan Perpres No 18 tahun
2020 tentang RPJMN 2020-2024 yang mengarahkan kebijakan peningkatan nilai
tambah ekonomi.
“Kemenperin
mengembangkan konsep sirkular ekonomi dalam bentuk kebijakan Industri Hijau
untuk mempertahankan nilai produk agar dapat digunakan berulang tanpa
menghasilkan sampah melalui kegiatan reuse, recycle dan recovery,” ujar Marki.
Sedangkan
Ketua Bidang Roof Tiles ASAKI, Gunarso, menilai sumber daya alam seperti tanah
liat dan hard materials adalah bahan baku utama pembuatan keramik. Kebutuhan
keramik di Indonesia seluruhnya bisa disediakan oleh produsen lokal dengan
mengoptimalkan tenaga kerja lokal.
“Sebagian
besar produk keramik dapat digunakan dan didaur ulang untuk dipakai kembali
sebagai bahan baku,” ungkapnya.
Sumber : kompas
JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Badan Penelitian dan
Pengembangan Industri (BPPI) Kementerian Perindustrian Doddy Rahadi mengatakan,
Indonesia perlu maksimalkan industri 4.0 untuk bisa menjadi top 10 ekonomi
dunia pada 2030.
Sebab, revitalisasi sektor manufaktur bisa memberi kontribusi yang besar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
“Konsep
sirkular ekonomi dapat menjawab berbagai permasalahan umum yang dihadapi
industri dalam negeri," ujar Doddy dalam keterangan tertulisnya, Rabu
(21/10/2020).
Industri manufaktur pada 2018, menurutnya, menyumbang 20,2 persen PDB dan membuka 14 juta lapangan kerja. Bahkan di masa pandemi ini berkontribusi 19,98 persen dengan capaian nilai tambah Rp700,51 triliun serta menyerap 18,5 juta pekerja.
Atas
dasar itu, lanjut Doddy, Indonesia perlu
sungguh-sungguh merealisasikan berbagai prioritas nasional dalam
Making Indonesia 4.0. Dengan menerapkan prinsip ekonomi
berkelanjutan baik oleh industri maupun kerja sama lembaga riset.
“Sehingga akan dihasilkan bahan baku bernilai tambah tinggi, efisiensi dalam proses produksi dan limbah industrinya dapat dipakai oleh industri lain,” kata dia.
Doddy
menambahkan, sektor manufaktur Indonesia umumnya punya masalah
sama, mulai dari ketersediaan bahan baku lokal hingga kebijakan
lintas sektor.
Making
Indonesia 4.0 mampu menjawab tantangan dan kendala itu serta
mempercepat perkembangan industri manufaktur nasional.
Sumber : Kompas.com
JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Perindustrian (Kemenperin)
menargetkan industri keramik nasional bisa menjadi peringkat keempat di dunia
dari sebelumnya di peringkat keenam.
Dengan
deposit bahan baku yang cukup melimpah di tanah air, industri keramik nasional
punya daya saing di pasar global bersama China, India, Brasil, Spanyol, dan
Iran.
“Keempat
langkah strategis itu tersedianya gas industri dengan harga kompetitif,
inovasi, SDM kompeten dan pengembangan industri keramik dalam negeri,"
ujar Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kemenperin, Doddy
Rahadi dalam keterangan tertulisnya, Minggu (18/10/2020).
Selain
itu, langkah lainnya, yakni pemerintah memproteksi pasar dalam negeri dari
peningkatan PPh terhadap keramik impor sebesar 7,5 persen. Di samping, perlu
pasokan bahan baku berkesinambungan bagi pertumbuhan industri keramik nasional.
“Untuk
itu, pemerintah melalui regulasinya akan mengamankan pasokan bahan baku asal
SDA Indonesia, sebagai salah satu keuntungan untuk mendukung daya saing
industri keramik nasional. Seperti tanah liat (clay), feldspars, pasir silika,
dolomite, batu kapur dan SDA berbasis bahan galian non logam lainnya," kata
dia.
Doddy
mengakui, walau perkembangan industri keramik cukup menggembirakan, namun masih
ada kelemahan untuk dicarikan solusi. Di antaranya, yang sudah jadi isu
nasional, ketergantungan pada bahan baku impor. Yang semestinya ini dapat
disediakan di dalam negeri karena SDA-nya tersedia melimpah dan bahkan banyak
yang diekspor.
"Kondisi
seperti itu tidak hanya ada pada industri keramik tapi juga pada industri
lainnya. Inilah yang jadi tantangan yang harus segera direspon oleh semua
pemangku kepentingan," ungkap Doddy.
Di
pihak lain, pinta Doddy, dengan keterbatasan yang ada sudah seharusnya juga
industri dapat memanfaatkan hasil-hasil lembaga litbang di Indonesia. Sehingga
tercapai bermacam inovasi yang berguna bagi masyarakat industri. Sementara itu,
Kepala BBK Kemenperin, Gunawan menambahkan, indeks daya saing suatu negara
salah satu unsurnya ditentukan oleh ketergantungan bahan baku impor, inovasi
atau invensi teknologi. Yang mana, BBK sebagai lembaga litbang di bidang
industri keramik punya misi kuat jadi stimulan dalam teknologi pengolahan bahan
baku lokal dan teknologi pemprosesan keramik atau material terkait lainnya.
"Ini
wujud nyata BBK dalam upaya meningkatkan kemandirian dan daya saing industri
nasional," kata Gunawan.